I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah
sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di Bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang
akar. Struktur tanah yang berrongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi
akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk
hidup dan bergerak. Pada dasarnya kita selalu bergantung pada tanah. Kita
beraktivitas diatas permukaan tanah, bahan makananpun diolah menggunakan tanah
dan banyak lagi segala hal yang berhubungan dengan tanah. Agar tanah dapat
dipelajari secara mendalam kita memerlukan suatu pengertian dasar mengenai
tanah.
Secara
umum tanah mempunyai definisi sebagai lapisan yang menyelimuti bumi antara
litosfer (batuan yang membentuk kerak bumi) dan atmosfer. Tanah berasal dari
hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme
(vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Secara ilmiah
dipelajari tanah mulai proses pembentukan, klasifikasi, pemetaan, kesuburannya,
pemanfaatan, penerapan dan karakter lainnya (biologis, kimia, fisis). Dari segi
klimatologi, tahan memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan
erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi. Komposisi tanah berbeda-beda
pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari
tanah.
Dengan meningkatkan pengetahuan
tenteng tanah, maka Ilmu Tanah menjadi ilmu yang sangat luas sehingga untuk
dapat mempelajarinya dengan baik perlu pengelompokan lebih lanjut kedalam
bidang-bidang yang lebih khusus. Seperti ilu pedologi, yang merupakan ilmu yang
mempelajari proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor pembentuknya,
klasifikasi tanah, survei tanah dan cara pengamatan tanah di lapangan.
Bahan-bahan penyusn tanah antara
lain bahan mineral, bahan organic, air, dan udara. Setiap lapisan tanah,
memiliki struktur yang berbeda, warna yang berbeda dan sifat asam atau basa
(pH) yang berbeda, selain itu, jenis tanah juga mempengaruhi sifat dan struktur
tanah.
1.2 Tujuan
Mampu mengetahui berbagai jenis
kandungan unsur hara yang terkandung dalam tanah serta mengetahui gejala
defisiensi hara dalam tanah, sehingga dapat mengetahui jenis pupuk yang perlu
ditambahkan dalam suatu lahan tanaman. Selain itu juga mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum tentang
potensi tanah untuk mendukung pertumbuhan suatu tanaman. Setelah
itu mahasiswa mampu mengenal
dan mengetahui sifat fisika dan kimia tanah, mengetahui berbagai jenis, tekstur,
dan warna tanah, dan mengetahui berbagai nilai keasaman (pH) tanah.
II. BAHAN DAN METODE
2.1 Pengambilan Contoh Tanah
Praktikum pengambilan sampel tanah ini dilakukan di
Lahan Kampus IPB Gunung Gede pada tanggal 27 april 2013 pada pukul 07.00-10.20.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ring sample, kayu balok, cangkul serta cutter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah lahan yang akan
diambil sebagai sampel. Adapun sampel tanah yang akan diambil sampelnya metodenya
sebagai berikut:
2.1.1 Tanah utuh
Dalam mengambil sampel tanah utuh hal yang perlu
dilakukan adalah menentukan spot pengambilan sampel, permukaan tanah sebelum
diambil sampel, harus dibersihkan dari gulma, rumput, atau serasah yang
menutupi tanah. Gali tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) disekitar ring
sample diletakkan, kemudian ratakan dengan cutter.
Setelah itu, letakkan ring sample di
atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan permukaan tanah, dan dengan
menggunakan kayu balok yang diletakkan di atas permukaan ring sample, ring sample tersebut ditekan sampai tiga perempat
bagian ring sample terbenam kedalam
tanah. Selanjutnya letakkan ring sample
yang lain di atas ring sample yang
pertama, dan tekan sampai 1 cm masuk kedalam tanah. Setelah itu, pisahkan ring sample bagian atas dari ring sample
bagian bawah. Selanjutnya, gali ring
sample menggunakan cangkul. Dalam menggali, ujung cangkul harus lebih dalam
dari ring sample. Setelah itu, iris
kelebihan tanah bagian atas terlebih dahulu dengan hati-hati agar permukaan
tanah sama dengan permukaan ring sample,
kemudian ring sample ditutup dengan
tutup ring sample. Setelah itu, iris
dan potong tanah bagian bawah dan ditutup dengan tutup ring sample. Kemudian ring
sample di beri label.
2.1.2 Tanah terganggu (Disturbed Soil Sample)
Contoh tanah terganggu atau lebih dikenal dengan contoh
tanah biasa merupakan contoh tanah yang dapat diambil dengan menggunakan
cangkul secara langsung. Kondisi tanah terganggu sudah terganggu sejak pertama pengambilan
contoh tanah. Contoh tanah ini dapat dikemas menggunakan kantong plastic tebal
atau tipis. Kemudian diberi label tentang informasi pengambilan sampel tanah
tersebut.
2.1.3 Tanah agregat
Contoh tanah agregat utuh adalah contoh tanah berupa
bongkahan alami yang kokoh dan tidak mudah pecah, contoh tanah ini diambil
menggunakan cangkul pada kedalaman 0-20 cm. kemudian sampel tanah ini
dimasukkan kedalam plastik.
2.2 Tekstur dan Warna Tanah
2.2.1 Tekstur tanah
Praktikum
penentuan tekstur dan konsentrasi tanah yang dilakukan pada hari sabtu, tanggal
04 mei 2013, dimulai dari jam 07.00-10.20 wib, praktikum ini dilakukan dilahan
praktikum kampus Gunung Gede Diploma IPB. Adapun alat yang digunakan dalam
penentuan tekstur tanah yaitu: toples,
Dan buku acuan sedangkan bahan yang digunakan yaitu:
tanah sampel yang terdiri dari, podsolik dramaga, latosol dramaga, regosol
dramaga,andosol dramaga, dan air.
Metode
dan teknik penentuan tekstur tanah yang dilakukan dalam praktikum yaitu diambil sampel tanah yang
telah disediakan secukupnya.
Kemudian
dimasukkan dalam toples dan diberi air secukupnya. Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual
yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk,
sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir
pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
·
Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan
tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
·
Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan
dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
·
Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat
dibuat bola tetapi mudah hancur.
·
Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat
dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan
mengkilat.
·
Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak
teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
·
Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk
bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
·
Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola
agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
·
Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak
melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah
hancur.
·
Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat
dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
·
Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat,
dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
·
Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat
dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
·
Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk
bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.
2.2.2 Warna tanah
Praktikum penentuan warna tanah ini dilakukan di lahan
Kampus IPB Gunung Gede pada tanggal 11 mei 2013 pada pukul 07.00-10.20. Adapun
alat yang digunakan adalah munsell dan cangkul, sedangkan bahan yang digunakan
adalah tanah permukaan, tanah subsoil dan air.
Warna tanah dapat diukur dengan tiga sifat prinsip
warna yaitu Hue (kilap), Value (nilai), dan Chroma (kroma). Hue adalah panjang
dominan atau warna dari pantulan cahaya. Value adalah kebersihan warna (gelap
sampai terang), dan kroma adalah kemurnian relative dari panjang
gelombangcahaya yang dominan. Warna tanah (notasi Munsell) ditentukan dengan
cara membandingkan warna tanah dengan warna baku yang terdapat dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dalam buku Munsell Soil Color Chart, hue dibedakan
atas : 5R, 7.5R, 10R, 2.5 YR, 5YR, 7.5YR, 10YR, 2.5 Y, dan 5Y. Tanda R
merupakan singkatan dari red (merah), sedangkan Y adalah singkatan dari yellow
(kuning).
Dalam menentukan warna tanah, pertama adalah
melembabkan tanah dengan air, kemudian letakkan tanah dibawah lubang kertas
munsell dengan jari dan amati hasilnya.
2.3 pH Tanah
Praktikum pengukuran pH tanah dilakukan di Lahan Kampus IPB Gunung Gede pada
tanggal 11 mei 2013 pada pukul 07.00-10.20. adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah pH papper, botol, sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah Regosol
Dramaga, Andosol Dramaga, Podsolik Dramaga dan Latosol Dramaga dan yang
terakhir adalah air aquades
Metode praktikum ini yang pertama adalah menyediakan
alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum ini, selanjutnya memasukkan
tanah dan aquades dalam botol dengan
perbandingan tanah dan aquades 1:2,5.
Setelah itu, masukkan pH papper dalam botol yang telah berisi air dan tanah yang telah di shaking tetapi pH papper hanya dicelupkan sampai sebatas air saja. Dan
lihat hasilnya dengan melihat perubahan warna pada pH papper.
2.4 Percobaan Minus One Test
Praktikum ini dilakukan di lahan Kampus IPB Gunung Gede. Praktikum
ini dilakukan mulai tanggal 23 februari, pukul 07.00 s.d 10.30 WIB. Yang
dilakukan yaitu persiapan lahan untuk praktikum, dalam persiapan lahan ini alat
yang digunakan adalah kored, cangkul, gembor, tali raffia, ajir, serta meteran.
Bahan yang digunakan yaitu kapur sebanyak 3.08 kg.
Dalam persiapan lahan hal yang perlu dilakukan yaitu
pembuatan petakan lahan, pembuatan petakan lahan yang pertama yaitu dilakukan
pengajiran dengan metode phytagoras, metode ini dilakukan menggunakan ajir
batas. Ajir induk dibuat dengan panjang 3 metar dan lebar 4 meter dengan sudut
siku-siku (90o), sedangkan untuk memastikanya ditarik garis
miringnya yaitu sepanjang 5 meter, dari ajir induk yang telah selesai ditarik
garis lurus dengan menggunakan tali raffia. Pastikan tali yang ditarik lurus,
kemudian dalam penentuan lebar setiap lahan, petakan lahan dipatok dengan ajir
dengan lebar 4 m, dengan ketentuan patok harus segaris dengan tali raffia.
Sedangkan panjang bedengan yaitu 6,4 meter. Sedangkan jarak antara masing-masing
bedengan yaitu 0,4 meter. Jumlah bedengan yang dibutuhkan dalam praktikum ini
yaitu 16 bedengan.
Setelah bedengan dengan ukuran 6,4 meter x 4 meter
selesai, dilakukan pembersihan bedengan dengan menggunakan cangkul dan kored.
Setelah itu tanah digemburkan dan disiram menggunakan gembor. Setelah itu
tiap-tiap bedengan diberi kapur, kecuali untuk lahan yang mendapat perlakuan
–Ca dan control. Dalam praktikum ini terdapat 16 bedengan untuk 8 perlakuan
(control, -N, -K, -Mg, lengkap, -P, -Ca, -S) tiap-tiap perlakuan dilakukan
pengulangan sebanyak dua kali.
Kemudian pada sabtu tanggal 2 maret 2013, pada pukul
07.00 s.d. 10.30 WIB. Dilakukan penanaman
jagung manis ditiap bedengan, alat yang digunakan yaitu koret, cangkul gembor
dan tugal, sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih jagung manis dan furadan.
Dalam hal ini, yang dilakukan adalah pembersihan sisa-sisa gulma dengan
menggunakan kored, setelah itu melakukan penggemboran bedengan dengan
menggunakan cangkul. Setelah lahan gembur, dilakukan pembuatan lubang tanam
menggunakan tugal dengan jarak tanam 0,8meter x 0,4 meter. Tiap lubang tanam
dilakukan penanaman sejumlah 2 benih perlubang, dan deberi sedikit furadan tiap
masing-masing lubang dan setelah itu lubang tanam ditutup dan dilakukan
penyiraman bedengan.
Selanjutnya pada tanggal 09 maret 2013 dilakukan
adalah pemberian pupuk pada tanaman. Alat yang digunakan adalah ember, plastik,
sendok, dan timbangan digital. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pupuk, pupuk
yang digunakan adalah KCl (232 g, 118 g untuk pemupukan pertama) , urea (388 g,
194 g untuk pemupukan minggu pertama), SP-36 (462 g), Mg SO4 (94 g),
dan Za (78 g). selain itu dilakukan penyulaman untuk jagung yang telah mati.
Untuk pupuk diberi sesuai perlakuan, pemberian pupuk diberi dengan cara alur di
samping tanaman.
Setalah itu, pada tanggal 16 maret 2013 pada pukul
07.00-10.20 dilakukan penjarangan dan pembersihan gulma, serta pemberian
isektisida pada 16 bedengan. Alat yang digunaan adalah kored, cangkul, dan
gembor. Sedangkan bahan yang digunakan adalah insektisida “cura corn 500 EC”.
Pembersihan gulma dilakukan dengan menggunakan kored, dan penjarangan tanaman
dilakukan, minimal perlubang tanaman hanya 2 tanaman saja. Selanjutnya
dilakukan penyiraman tanama, setelah itu dilakukan penyemprotan insektisida
dengan dosis 15 ml insektisida per 15 liter air.
Selanjutnya pada tanggal 20 maret 2013 dilakukan
pemupukan yang kedua kalinya, adapun alat, bahan, dan prosedur dilakukan sama
halnya dengan pemupukan pertama.
3.1 Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan
contoh tanah juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kebenaran hasil analisis
sifat fisik dan sifat kimia tanah. Ada tiga cara pengambilan contoh tanah yaitu
:
3.1.1 Tanah Utuh
Dalam pengambilan sampel tanah utuh, perbandingan antara luas permukaan ring sanple bagian luar (tebal tabung)
dan luas permukaan tabung bagian dalam tidak lebih dari 0,1. Perbandingan luas
permukaan bagian luas dan luas permukaan bagian dalam dapat menggunakan rumus
sebagai berikut:
Contoh
tanah utuh (undisturbed soil sampel), digunakan untuk penetapan berat jenis
tanah, berat volume, atau bulk
density, distribusi pori pada berbagai tekanan (pF1, pF 2, PF 2,54 dan pF
4,2), dan permeabilitas tanah.
3.1.2 Tanah Terganggu
Contoh
tanah tidak utuh (disturbed soil sampel)
digunakan untuk digunakan untuk keperluan analisis kandungan air, tekstur
tanah, perkolasi, batas cair, batas plastis, batas kerut dan lain-lain, selain
itu digunakan untuk penetapan kadar air tanah,
konsistensi, warna, dan analisis kimia tanah.
3.1.3 Tanah Agregat
Contoh
tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregate), digunakan untuk
penetapan kemantapan agregat, pontesi mengembang dan mengkerut yang dinyatakan
dengan nilai COLE (coofficient of linear extencibility).
3.2 Tekstur dan Warna Tanah
3.2.1 Tekstur tanah
Dari praktikum penentuan tekstur tanah didapat hasil
sebagai berikut:
NO
|
Sampel
|
Tekstur
|
1
|
Regosol
Dramaga
|
Pasir
berlempung
|
2
|
Andosol
Dramaga
|
Lempung
berdebu
|
3
|
Podsolik
Dramaga
|
Lempung
liat berdebu
|
4
|
Latosol
Dramaga
|
Lempung
liat berdebu
|
Tabel 1. Tekstur tanah
Dari
data tersebut dapat diketahui bahwatanah regosol dramaga mempunyai tekstu pasir
berlempung, tanah andosol dramaga memiliki tekstur lempung berdebu, sedangkan
tanah podsolik dramaga dan latosol dramaga memiliki tekstur yang sama yaitu
lempung liat berdebu.
Tekstur tanah menggambarkan halus kasarnya tanah atau
merupakan susunan relative atau perbandingan banyaknya pasir (sand), debu (silt), dan klei (clay).
Berdasarkan susunan relative dari tiga ukuran butir tanah tersebut, maka
tekstur tanah dikelompokkan menjadi 12 kelas tekstur yaitu pasir, pasir
berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung berliat,
lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu dan
yang terakhir yaitu liat. Tekstur tanah mempengaruhi banyak sifat-sifat tanah
yang penting seperti mudah tidaknya pengolahan tanah dan berkarakteristik
menahan air.
Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran.
Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm sampai kecil dari pedon disebut
fragmen batuan (rock fragment) atau bahan kasar (kerikil sampai batu)
(hardjowigeno, 2010). Bahan-bahan halus (< 2mm) disebut fraksi tanah halus
dan dapat dibedakan menjadi :
Pasir :
2mm – 5 µ
Debu : 50µ - 20µ
Liat : kurang dari 2µ
kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran
butir yang mencakup seluruh tanah. Kelas butir merupakan penyederhanaan dari
kelas tekstur tanah tatapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen atau
fraksi tanah yang lebih kasar daripada pasir. Kelas besar butir untuk fraksi
kurang dari 2 mm meliputi : berpasir, berlempung kasar, berlempung halus,
berdebu kasar, berdebu halus, liat (halus), sangat halus (berliat). Bila fraksi
tanah halus (< 2mm) sedikit sekali (< 10%) dan tanah terdiri dari
kerikil, batu-batu dan lain-lain (≥ 90%) volume disebut fragmental. Bila tanah halus
termasuk kelas berpasir, belempung atau berliat, tetapi mengandung 35% - 90%
(volume) fragmen batuan (kerikil, batu-batu) maka kelas sebaran besar butirnya
disebut berpasir skeletal, berlempung
skeletal, dan berliat skeletal (Hardjowigeno,
2010).
Tanah yang bertekstur pasir, karena butiran –
butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan lebih kecil sehingga sulit menyerap air dan unsure hara. Tanah-tanah
bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menyediakan dan menahan unsure
hara lebih tinggi. Tanah bertakstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia
daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2010).
3.2.2 Warna tanah
Berikut adalah table hasil analisa warna tanah
NO
|
Jenis
tanah
|
Warna
tanah
|
1
|
Tanah
permukaan (top soil)
|
7.5
YR 3/3 (dark brown)
|
2
|
Tanah
bawah (sub soil)
|
10
YR 4/6 (dark yellowish brown)
|
Table 2. warna tanah
Dari data tesebut dapat dilihat bawa tanah pemukaan
atau yang lebih dikenal dengan top soil memiliki
warna yang lebih gelap daripada tanah bawah atau dikenal dengan sebutan sub soil.
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat
tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa factor yang terdapat dalam
tanah tersebut. Penyebab pebedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan
kandungan bahan organic. Semakin tinggi kandungan bahan organic, warna tanah
semakin gelap (Hardjowigwno, 2010).
Di lapisan bawah, dimana kandungan bahan organic
umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya
senyawa Fe yang didapat. Di daerah yang berdrainase buruk, dalam arti tanah
sering terendam air, seluruh tanah bewarna abu-abu karena senyawa Fe terdapar
dalam keadaan reduksi ( Fe++). Pada tanah yang berdrainase baik,
yaitu tanah tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi Fe+++
misalnya dalam senyawa Fe2, O3 (hematit) yang berwarna
merah, atau Fe2O3. 3H2O (limonit) yang
berwarna cokelat (Hardjowigeno, 2010).
Bila tanah kadang-kadang basah dan kadang-kadang
kering, maka disamping berwarna abu-abu (daerah tereduksi) didapat pula
bercak-bercak merah atau kuning yaitu ditempat-tempat dimana udara dapt masuk
sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Beberapa jenis mineral
seperti kuarsa dapat menyebabkan warna tanah lebih terang (hardjowigeno, 2010).
Warna tanah dapat diukur dengan tiga sifat prinsip
warna yaitu Hue (kilap), Value (nilai), dan Chroma (kroma). Hue adalah panjang
dominan atau warna dari pantulan cahaya. Value adalah kebersihan warna (gelap
sampai terang), dan kroma adalah kemurnian relative dari panjang gelombang
cahaya yang dominan. Warna tanah (notasi Munsell) ditentukan dengan cara
membandingkan warna tanah dengan warna baku yang terdapat dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dalam buku Munsell Soil Color Chart, hue dibedakan
atas : 5R, 7.5R, 10R, 2.5 YR, 5YR, 7.5YR, 10YR, 2.5 Y, dan 5Y. Tanda R
merupakan singkatan dari red (merah), sedangkan Y adalah singkatan dari yellow
(kuning) (Balai Besar Litbang, 2006). Disamping itu sering ditambahkan pula hue
untuk warna-warna tereduksi (gley) yaitu 5G, 5GY, 5BG, dan N (netral).
Value dibedakan dari 0 sampai 8, dimana makin tinggi
value menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang dipantilkan).
Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8 dimana semakin tinggi chroma menunjukkan
kemurnian spectrum atau kekuatan warna spectrum semakin meningkat. Warna tanah
akan semakin berbeda bila tanah basar, kering, atau lembab, sehingga dalam
menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basar,
kering atau lembab.
3.3 pH Tanah
Beikut adalah table pengukuran pH tanah
NO
|
Jenis
tanah
|
pH
|
1
|
Regosol
Dramaga
|
5
|
2
|
Andosol
Dramaga
|
5.3
|
3
|
Podsolik
Dramaga
|
4.3
|
4
|
Latosol
Dramaga
|
4.7
|
5
|
Tanah
lapang permukaan
|
4.7
|
6
|
Tanah
lapang Bawah
|
5
|
Table 3. pH tanah
Dari data table diatas dapat diketahui bahwa tanah
posolik dramaga memiliki pH yang paling rendah yaitu 4,3 dan tanah andosol
dramaga memiliki pH tanah tertinggi yaitu 5,3.
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis
tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hydrogen (H+). Makin tinggi kandungan ion hydrogen,
maka nilai pH tanah semakin asam. Selain itu terdapat pula ion OH-,
yang berbanding terbalik jumlahnya dengan ion hydrogen.
Menurut Hardjowigeno (2010), di Indonesia umumnya
tanahnya bereaksi masam dengan pH 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5
sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya agak masam. Banyak unsur
didalam tanah mengalami perubahan bentuk akibat perubahan reaksi di dalam tanah.
Hal ini terkait dengan perubahan tingkat kelarutan senyawa dari unsur-unsur
tersebut di dalam tanah (Munawar, 2011).
Menurut munawar (2011), ph tanah berpengaruh terhadap
ketersediaan unsur-unsur hara esensial dan beberapa sifat tanah lain
diantaranya nitrogen. Pengaruh pH tanah terhadap ketersediaan N lebih bersifat
tidak langsung, yakni melalui pengaruh pH terhadap aktivitas jasad renik yang
terlibat dalam ketersediaan N. Bakteri penambat N udara umumnya sensitive
tehadap pH rendah, sehingga pasokan N melalui jalan ini berkurang. Selanjutnya
pengaruh terhadap kalium Ca dan Mg, unsure ini tersedia paa pH lebih dari 6
yaitu dalam keadaan basa. Mereka umumnya tidak tersedia bagi tanaman di
tanah-tanah asam karena sebagian mineralnya sudah mengalami pelapukan intensif
dan terjadi pelindian ke luar dari profil tanah. Selanjutnya pengaruh terhadap
fosforuskelarutan P dan ketersediaan bagi tanaman dikendalikan oleh reaksi
tanah yang kompleks, yang dipengaruhi oleh pH tanah. Ketersediaan P paling
tinggi berkisar pada pH 5,5 – 6,8. Selanjutnya pH berpengaru terhadap hara
mikro, keracunan Al, Fe, dan Mn, dan terakhir berpengaruh terhadap organisme
tanah.
pH
tanah dapat dirubah yaitu jika ph tanah terlalu masam maka dapat digunakan
kapur, sedangkan tanah yang terlalu basa atau alkalis dapat diturunkan pH-nya
dengan penambahan belerang.
3.4 Percobaan Minus One Test
Berikut adalah hasil dari percobaan minus one test
No
|
Perlakuan
|
Produksi riil
|
Pesen produksi
|
Rata - rata
|
||
perlakuan
1
|
perlakuan
II
|
perlakuan
I
|
perlakuan
II
|
|||
1
|
Kontrol
|
4.7
|
4.2
|
78%
|
88%
|
83%
|
2
|
Lengkap
|
6.0
|
4.8
|
100%
|
100%
|
100%
|
3
|
-N
|
5.2
|
4.4
|
87%
|
92%
|
90%
|
4
|
-P
|
5.3
|
4.0
|
88%
|
83%
|
86%
|
5
|
-K
|
5.3
|
4.9
|
88%
|
102%
|
95%
|
6
|
-Ca
|
6.0
|
4.3
|
100%
|
90%
|
95%
|
7
|
-Mg
|
5.9
|
4.7
|
98%
|
98%
|
98%
|
8
|
-S
|
5.3
|
5.0
|
88%
|
104%
|
96%
|
Tabel 4. Hasil percobaan minus one test
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata
produksi dari dua perlakuan bahwa perlakuan control menghasilkan produksi
terbanyak yaitu 100%. Hal ini wajar karena perlakuan lengkap kandungan unsure
haranya terpenuhi. Dari delapan perlakuan, –Mg menghasilkan produksi sebanyak
98%, hal ini menunjukkan bahwa kandungan Mg dalam tanah hampir mencukupi. Dari
data tersebut juga dapat diketahui bahwa tanah pada praktikum ini dapat
dikatakan baik karena rata-rata produksinya diatas 80%.
Tanaman yang kekurangan unsure hara dapat mengalami
gejala defisiensi hara seperti:
1. kegagalan total pada tingkat bibit
2. tanaman kerdil
3. gejala khas pada daun
4. kematangan terlambat
5. produksi rendah tanpa adanya gejala pada daun
6. kualitas produk tanaman jelek
7. bagian dalam abnormal
setiap unsure hara memiliki gejala-gejala defisiensi
yang dapat digambarkan melalui table berikut.
NO
|
Gejala
|
Defisiensi
|
Serealia
|
||
1
|
Gejala
Muncul Pertama pada Daun Tua
|
|
1.1
|
Daun
dan atau batang berwarna ungu/ kemerahan yang didahului
|
P
|
dengan
warna hijau gelap, kemudian bisa juga coklat
|
||
1.2
|
Ujung
daun khlorosis dan nekrosis; daun beerwarna kuning dan
|
N
|
menjalar
ke dasar daun melalui tulang daun, berbentuk huruf V
|
||
1.3
|
Tepi-tepi
daun nekrosis; mulai dengan berwarna kuning atau
|
K
|
kecoklatan
pada tepi daun dari ujung dan merambat ke dalam
|
||
membentuk
huruf V terbalik; daun-daun menggantung
|
||
1.4
|
klorosis
garis; garis kuning diantara tulang daun
|
Mg
|
1.5
|
klorosis
bintik; bintik-bintik coklat kekelabuan membentuk garis;
|
Mn
|
bintik
coklat tua membentuk garis ; bintik-bintik keputihan atau
|
||
|
kelabu
|
Tabel
5.gejala pada daun tua
Berikut adalah table kekurangan unsure hara pada daun
muda
|
||
NO
|
Gejala
|
Defisiensi
|
|
Serealia
|
|
2
|
Gejala
Muncul Pertama pada Daun-daun Muda
|
|
2.1
|
Helai
daun berwarna kuning dengan tulang daun berwarna cerah
|
S
|
2.2
|
Daun-daun
berwarna kuning sampai kuning keputihan dengan
|
Fe
|
tulang
daun berwarna hijau
|
||
2.3
|
Ujung-ujung
daun muda berwarna coklat atau keputihan
|
Cu
|
menggulung
atau melintir
|
||
2.4
|
Daun-daun
berwarna kekuningan, daun seperti tersobek atau
|
Ca
|
seperti
digergaji tepi daunnya, ujung daun salah bentuk dan titik
|
||
tumbuh
sering mati
|
||
2.5
|
Titik
tumbuh mati, bercak putih antara tulang daun
|
B
|
2.6
|
Daun
muda dengan pita kuning atau putih di antara tepi daun dan
|
Zn
|
|
tulang
tengah dari pertengahan helai daun kebawah
|
|
Tabel
6. Gejala defisiensi pada daun muda.
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa setiap
kekurangan unsure (defisiensi) hara, memiliki gejala yang bebeda-beda. Dalam
praktikum Minus one test ini mampu mengidentifikasi setiap kekurangan unsure
hara, apabila disuatu lahan tidak ditemukan gejala-gejala defisiensi hara maka
dapat dikatakan bahwa kandungan unsure hara di dalam tanah tersebut mencukupi.
Selain dari data tabel gejala defisiensi hara, dari data tabel produksu juga
dapat diketahui bahwa kandungan unsure hara di suatu tanah tersebut mencukupi.
IV. KESIMPULAN
Dari praktikum ilmu tanah dan pemupukan ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. pengambilan contoh tanah dibagi menjadi sampel yaitu
tanah utuh, tanah agregat, dan tanah terganggu
2. setiap sampel tanah dapat digunakan sebagai bahan
penelitian
3. tekstur tanah merupakan susunan relative atau
perbandingan banyaknya pasir (sand),
debu (silt), dan klei (clay)
4. tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas tekstur
5. Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat
tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa factor yang terdapat dalam
tanah tersebut
6. Top soil memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan dengan sub soil, karena kandungan bahan organic
pada top soil lebih tinggi
7. ph tanah dipengaruhi oleh ion H+ ion OH-
8. Percobaan minus one test dapat menggambarkan kualitas
suatu tanah serta mengetahui bentuk defisiensi hara pada tanaman jagung.
9. Percobaan minus one test sebaiknya dilahan yang kodisi
lahannya tidak baik (kekurangan unsure hara) agar hasil yang dihasilkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Pressindo.
Kurnia U,
Agus F, Adimiradja A, Dariah A, editor. 2006. Sifat-Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang
Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor. Agroinovasi.
Munawar A. 2011. Kesuburan
Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor. IPB Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar